Sadar atau enggak, kadang
pikiran, hati dan perasaan kita itu perlu dilakukan “penataan”. Layaknya sebuah
ruangan, pikiran, hati dan perasaan kita bisa penuh oleh “perabotan” yang bikin
ruang di dalamnya sesak dan pastinya sangat gak nyaman ditinggali.
Penataan hati, pikiran dan
perasaan gak semudah seperti kita menata suatu ruangan, kamar kos misalnya.
Saat kita membersihkan kamar kos, tinggal dikeluarin isinya, disapu, dipel,
kaca-kacanya di bersihin. Abis itu masukin lagi barang yang dikeluarin tadi. Di
tahap ini terserah kita mau ditata seperti sedia kala atau mau ditata dengan
suasana baru, tujuannya sih biar gak bosen. Kalo gue biasanya menata dengan
suasana baru, dan gue memilah perabot mana yang dimasukin dan perabot mana yang
harus disingkirin.
Walaupun prinsipnya sama,
tetapi menata hati, pikiran dan perasaan itu gak semudah menata kamar kos. Yang
paling sulit dari menata hati, pikran dan perasaan adalah pada tahap
penyortiran “perabot”. Dimana kita harus memilih perabot mana yang masih layak digunakan
dan mana yang udah harus dibuang. Kadang sangat berat membuang “perabot” yang
selama ini mengisi dan menghiasi hati, pikiran dan perasaan kita, tapi kalo
terus-terusan disimpan, ruang dihati, pikiran dan perasaan bakal penuh banget.
Belum lagi dengan “perabot” baru yang kita masukin. Ini bakal bikin hati,
pikiran dan perasaan jadi penuh. Sesak. Dan pasti ini bikin kita gak nyaman.
Kalo udah gak nyaman kayak gini, udah pasti kita bakal ngerasa sumpek, efek
dari sumpek ya.. bosan. Gak nyaman. Kalo kita bosan dan gak nyaman sama kamar
kos kita yang sekarang, kita bias pindah, tapi kalo gak nyaman sama isi hati,
pikiran dan perasaan, apa mungkin kita bisa pindah?? Menurut gue gak. Dan kalo
udah kayak gini, uring-uringan itu pasti datang. Kondisi jiwa gak stabil, kalo
kata anak-anak zaman sekarang sih, galau.
Emang gak gampang membuang
sesuatu yang pernah kita sayang. Tapi ini emang harus dilakukan. Membuang
perabot yang udah gak layak itu tujuannya memberikan ruang. Memberikan kelegaan
agar gak sempit, gak sesak, gak penuh. Ini juga agar bisa memberikan kesempatan
perabot baru mengisi dan menghiasi hati, pikiran dan perasaan kita.
Diluar itu semua, penataan
hati, pikiran dan perasaan dimaksudkan agar hati, pikiran dan perasaan kita
terlihat jauh lebih rapi. Sesuatu yang rapi akan membuat kita merasa nyaman,
begitupun hati, pikiran dan perasaan.
Untuk itu, mari kita mulai
menata hati, pikiran dan perasaan. Buat hati, pikiran dan perasaan kita nyaman.
Cao…
*ambil sapu dan pel*
3 comments:
Saya mencoba menata hati dan pikiran menjadi seorang ayah yang baik. Cao...
*ambil komputer tetangga*
Akhirnya, setelah sekian lama, ada juga yg bersedia comment. Makasih om udah bersedia mampir..
Ayo kita menata hati dan pikiran hehe.
Memang sulit menata ketiganya dengan hati dan perasaan dengan pikiran seringkali berjalan sendirian dan cenderung bertolak belakang.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menentukan kapan dan dalam konteks apa menggunakan perasaan atau pikiran.
Cara lain adalah apabila kedua hal tersebut harus digunakan secara berbarengan dengarkan "suara hati kecil", mana yang harus digunakan.
Dan jangan sesali keputusan yang akan dan telah dibuat karena keputusan bisa salah dan bisa benar berdasarkan pertimbangan tadi. Note: kesalahan adalah saat keputusan tidak dibuat.
Post a Comment