Teruntuk Mega,
Sesungguhnya aku masih sangat kesal padamu, mungkin sedikit marah. Kau sungguh bodoh akhir-akhir ini. Bodoh karena ketakutanmu yang keterlaluan.
Perihal apa yang telah kau alami, meski tak pernah kurasakan sendiri, aku cukup paham mengapa kau begitu cemas.
Namun, yang perlu kau tahu, jangan buat itu mengubahmu menjadi picik. Menjadi seseorang yang tidak rasional. Menjadi seseorang yang gampang menduga-duga (dan sejauh ini, hanya tentang hal negatif).
Kau tahu aku menyayangimu. Sangat. Aku tak ingin melihatmu begini terus-terusan. Tak usahlah terlalu memusingkan apa kata orang; Kata orang begini, kata orang begitu. (Aku tahu, tak mudah melakukan ini, aku pun demikian. Namun seperti yang sering kukatakan, kita bisa mengalihkannya pada hal lain, hal yang membuat kita bahagia. Karna tak bisa dimungkiri, diri sendirilah yang dapat membuat kita bahagia)
Bila aku tak menyayangimu, mungkin kubiarkan saja apa yang kau perbuat. Teman yang baik takkan mungkin membiarkan kau tenggelam dalam hal yang menghancurkanmu perlahan-lahan. Masih ada hal lain yang lebih pantas mengisi kepalamu.
Jika kau tersinggung atas suratku ini, tak mengapa. Aku hanya ingin kau sadar. Hanya ingin kau menjadi lebih baik. Tak perlu kutampar kan?
Aku menyayangimu.
Si Tukang Kritik, Si Perempuan Cerewet, Si Perempuan yang Lebih Nyaman Marah-Marah dalam Tulisan, Si Perempuan (yang Katamu) Mesum
Anggi.
1 comment:
Ini karya sendiri gan
Post a Comment