“Kamu yang sekarang tidak
seperti yang dulu. Mulai rajin merapikan
rambut, berdandan tipis dan memakai heels. Ya, walaupun, malas keramasmu,
celana jeans kumal dan sepatu sneakers yang jarang dicuci itu masih terlihat
kerap menemani harimu. Paling tidak, ada hari tertentu kau meninggalkan mereka
sejenak”, katamu.
“Kamu yang sekarang tidak
seperti yang dulu. Setidaknya kakumu mulai sedikit lentur, dinginmu berangsur
menghangat dan bekumu perlahan mencair”, katamu.
“Kamu yang sekarang tidak
seperti yang dulu. Jatuh hati pada kopi. Padahal kalau diingat-ingat, dulu mana
pernah kamu meneguk minuman hitam agak pahit itu? Menyentuhnya pun kamu
enggan”, katamu.
“Kamu yang sekarang tidak
seperti yang dulu. Meninggalkan komik-komik yang sejak SMP kamu kumpulkan dari
hasil menyisihkan sedikit dari uang jajanmu yang sedikit pula. Sekarang kamu
lebih memilih membaca novel, buku tak bergambar tebal yang dulu kamu hindari.
Tapi ternyata tetap saja ya, komik Sinchan tetap kau gilai”, katamu.
“Kamu yang sekarang tidak seperti
yang dulu. Ya, memang. Mana ada manusia yang akan tetap sama selamanya? Mana
ada manusia yang tak berubah? Asal perubahanmu menuju pada sesuatu yang membuatmu
lebih baik, aku sih setuju-setuju saja”, katamu.
“Dan, kamu yang sekarang tidak
seperti yang dulu. Karena kamu yang sekarang bukan lagi seseorang yang hanya
bisa kupandangi diam-diam. Bukan lagi seseorang yang membuat napasku terhenti
sejenak kala mata kita yang tak sengaja saling beradu. Bukan lagi seseorang
yang membuatku salah tingkah saat kita berdiri di barisan yang sama saat sedang
upacara bendera. Ya, kamu yang sekarang adalah milikku, hanya untukku. Dan inginku untuk selamanya. Kamu juga menginginkannya bukan?”, katamu.
Mendengar semua perkataanmu,
hanya satu kalimat yang bisa kuucapkan,
“Aku mencintaimu”
Tertanda,
Aku
No comments:
Post a Comment