March 4, 2014

Seharusnya 22 Februari


316 hari yang lalu, diawali dengan sebuah pesan di aplikasi messenger itu. Satu kalimat. Hanya satu kalimat, “Hai! Apa kabar?”. Kalimat yang saat membacanya membuatku terdiam beberapa detik, menenangkan diriku untuk mempercayai siapa pengirimnya dan membuatku berguling-guling di kasur sembari berpikir beberapa menit untuk membalas kalimat singkat itu, juga membuatku gelisah tak karuan saat menunggu balasannya.

1184 hari yang lalu, kita yang hanya teman biasa. Tapi sepertinya kita tak bisa dikatakan teman. Mungkin aku bisa menamakan kita yang dulu ialah ‘kenalan’. Aku juga tak begitu paham apa kita 1184 hari yang lalu itu. Tapi baiklah, agar lebih mudah kusebut saja kita yang dulu adalah teman. Setuju?

Jarang berbincang. Bertemu hanya saat seluruh siswa dikumpulkan untuk apel pagi dan siang, itu pun kamu berada di barisan kelasmu dan aku berada di barisan kelasku. Sekedar melempar senyum biasa saat mata kita tak sengaja saling menatap.

Hari berlalu dan kita pun akhirnya dinyatakan lulus. Meninggalkan seragam putih abu-abu yang 3 tahun kita kenakan. Meninggalkan masa-masa yang kata orang paling indah. Entahlah, apa kamu juga berpendapat demikian? Aku pun pindah ke sebuah kota di pulau Jawa  untuk melanjutkan kuliahku dan kudengar kamu melanjutkan pendidikanmu di negara Tuan Hitler.

Awalnya hanya percakapan biasa. Percakapan antar teman yang lama tak berjumpa. Saling bertukar cerita, lama kelamaan saling bertukar pikiran bahkan tak jarang kita beragumen untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Lalu menjadi percakapan yang menurutku aneh. Ya, aneh karena kita mulai membicarakan hati.

Kemudian kamu keluarkan kalimat itu saat kita berbincang melalui video call tengah malam yang lalu, “gimana kalau kita jadian aja?”. Jujur, mendengarnya membuatku terkejut. Sangat. Bagaimana mungkin kita menjalin hubungan seperti ini? Hubungan yang dipisahkan jarak yang begitu jauh. Hubungan yang dipisahkan perbedaan waktu. Apa namanya? LDR? Dan beribu pertanyaan lainnya yang tak kutemukan jawabannya. Bagaimana mungkin ‘kenalan’ seperti kita bisa seperti ini?

Tapi akhirnya hati mengalahkan logika. Tak lagi ada pertanyaan-pertanyaan tentang jarak, tak ada lagi pertanyaan-pertanyaan tentang perbedaan waktu juga perbedaan-perbedaan lainya itu. Ya, hati mengalahkan semuanya. Akhirnya, ‘kenalan’-seperti-kita ternyata bisa menjalani-hubungan-seperti-ini. 

Aku tak berharap kamu bisa terus-menerus pulang untuk menemuiku, aku hanya berharap kamu tetap berada di jalan terbaikmu untuk menggapai mimpimu. Dan aku, pun akan berusaha berada di jalan terbaikku pun untuk menggapai mimpiku.

Selamat tanggal 22 Februari Bi, semua doa terbaik kita akan selalu ku-aminkan.

1 comment:

Dhani said...

LDR memang berat. Saya pernah mengalaminya