316 hari yang lalu, diawali
dengan sebuah pesan di aplikasi messenger itu. Satu kalimat. Hanya satu
kalimat, “Hai! Apa kabar?”. Kalimat yang saat membacanya membuatku terdiam
beberapa detik, menenangkan diriku untuk mempercayai siapa pengirimnya dan
membuatku berguling-guling di kasur sembari berpikir beberapa menit untuk
membalas kalimat singkat itu, juga membuatku gelisah tak karuan saat menunggu
balasannya.
1184 hari yang lalu, kita yang
hanya teman biasa. Tapi sepertinya kita tak bisa dikatakan teman. Mungkin aku
bisa menamakan kita yang dulu ialah ‘kenalan’. Aku juga tak begitu paham apa
kita 1184 hari yang lalu itu. Tapi baiklah, agar lebih mudah kusebut saja kita
yang dulu adalah teman. Setuju?
Jarang berbincang. Bertemu hanya
saat seluruh siswa dikumpulkan untuk apel pagi dan siang, itu pun kamu berada
di barisan kelasmu dan aku berada di barisan kelasku. Sekedar melempar senyum
biasa saat mata kita tak sengaja saling menatap.
Hari berlalu dan kita pun
akhirnya dinyatakan lulus. Meninggalkan seragam putih abu-abu yang 3 tahun kita
kenakan. Meninggalkan masa-masa yang kata orang paling indah. Entahlah, apa
kamu juga berpendapat demikian? Aku pun pindah ke sebuah kota di pulau Jawa untuk melanjutkan kuliahku dan kudengar kamu
melanjutkan pendidikanmu di negara Tuan Hitler.
Awalnya hanya percakapan biasa.
Percakapan antar teman yang lama tak berjumpa. Saling bertukar cerita, lama
kelamaan saling bertukar pikiran bahkan tak jarang kita beragumen untuk mempertahankan
pendapat masing-masing. Lalu menjadi percakapan yang menurutku aneh. Ya, aneh
karena kita mulai membicarakan hati.
Kemudian kamu keluarkan kalimat
itu saat kita berbincang melalui video call tengah malam yang lalu, “gimana kalau kita jadian aja?”. Jujur,
mendengarnya membuatku terkejut. Sangat. Bagaimana mungkin kita menjalin
hubungan seperti ini? Hubungan yang dipisahkan jarak yang begitu jauh. Hubungan
yang dipisahkan perbedaan waktu. Apa namanya? LDR? Dan beribu pertanyaan
lainnya yang tak kutemukan jawabannya. Bagaimana mungkin ‘kenalan’ seperti kita
bisa seperti ini?
Tapi akhirnya hati mengalahkan
logika. Tak lagi ada pertanyaan-pertanyaan tentang jarak, tak ada lagi
pertanyaan-pertanyaan tentang perbedaan waktu juga perbedaan-perbedaan lainya
itu. Ya, hati mengalahkan semuanya. Akhirnya, ‘kenalan’-seperti-kita ternyata
bisa menjalani-hubungan-seperti-ini.
Aku tak berharap kamu bisa
terus-menerus pulang untuk menemuiku, aku hanya berharap kamu tetap berada di
jalan terbaikmu untuk menggapai mimpimu. Dan aku, pun akan berusaha berada di
jalan terbaikku pun untuk menggapai mimpiku.
Selamat tanggal 22 Februari Bi,
semua doa terbaik kita akan selalu ku-aminkan.
1 comment:
LDR memang berat. Saya pernah mengalaminya
Post a Comment