October 23, 2014

Aku Sedang Menunggu Pelangi

Hampir tiap-tiap hari mendung rasanya. Sepertinya sang langit merestui kepedihanku. Sampai-sampai diperintahkannya gerombolan awan abu-abu berdiri kokoh di atas bumi. Memayungi kami segenap insan. Para petani bersorak sorai karena  tanamannya akan cukup air. Begitu pun anak-anak di sekitar rumahku. Sungguh bahagianya mereka kala langit menangis, karena bolehlah didapatkan uang jajan dengan menjadi ojek payung. Namun, betapa lara hati bapak tukang becak. Hujan artinya tiada pelanggan. Tiada uang. Dan aku, mendung yang sebentar lagu jadi hujan ini, bagai musik bagiku. Musik yang mengiringi kepedihan. Yang semakin mengiris hati.

Aku sedang menunggu pelangi.

"Dan engkau pun yang berasa miskin dan hina, yang selalu mendapat bahaya, kesengsaraan, dan kesedihan, janganlah putus asa, melainkan sabar dan tawakallah juga kepada Tuhanmu serta pohonkan pertolongan dan kurnia-Nya. Sesudah hujan, niscaya panas" - Sitti Nurbaya Kasih Tak Sampai, Marah Roesli.

No comments: