Di ruang 3x3 meter itulah ia berbincang. Mengeluarkan apa saja dari dalam hatinya. Terkadang cerita suka, namun sepertinya lebih banyak segala gundah. Saat ia kesepian, tak jarang diputarnya lagu-lagu dari pemutar musik kesayangannya. Lalu diikuti air mata.
Empat bidang dinding putih agak kusam jadi temannya pula. Oh yah, jangan dilupakan ranjang, guling dan bantal, juga sebuah meja kayu bercat putih dengan setumpuk buku di atasnya.
Teman bisu. Karena saat ia bercerita mereka hanya diam. Tiada nasihat, tiada saran, apalagi kalimat penenang. Hanya sesekali cicak yang menjawab.
Hari ini pun sama. Ia berbincang dengan dinding. Walau diketahuinya sang dinding terus-terusan diam. Tapi, tetap saja dilakukannya. Candu.
Saat tiba-tiba pintu terketuk, cepat-cepat dihapusnya air yang tergenang di kedua pipinya. Lalu ia pura-pura tidur. Namun sering pula ia tertidur saking lelahnya berbincang dengan sang dinding.
Kalian pikir, ia tak berkawan? Kalian salah! Salah besar! Ia berkawan; dinding, ranjang, guling dan bantal, pemutar musik, meja kayu bercat putih, setumpuk buku, dan catatan ini.
No comments:
Post a Comment