Dear perempuan yang (juga) sedang galau,
Hari itu dengan acuh tak acuh aku melihatmu. Seorang perempuan berambut lurus sebahu dengan tas selempang hitam berornamen garis hijau terang.
Aku tak terlalu memedulikanmu waktu itu. Karena buatku, semua orang sama saja. Manis di muka, pahit di belakang. Semacam memakan permen dengan pemanis buatan. Nikmat dan manis di awal, pahit dan menyakitkan di akhir. Palsu.
Entah karena apa, kita pun berteman. Geng reremaja dengan 4 gadis di dalamnya. Dari 3 gadis itu, hanya kamu yang kuanggap spesial. Spesial, karena hanya kamu yang bisa membuatku kagum. Kecerdasanmu, kemahiranmu, segala hobi dan kesukaanmu. Semuanya. Sebagaimana yang kamu ketahui, aku adalah seseorang yang cukup "berat" untuk mengakui kekaguman terhadap orang lain. Mereka menyebutnya angkuh.
Walau terkadang, aku juga pernah kesal padamu karena saat kita pisah kelas, kamu seolah lupa padaku karena punya teman baru. Apa kamu menyadarinya? Aku harap tidak. Aku malu. Saat itu, mungkin aku masih terlalu kekanakan hingga aku kesal dan iri pada teman-teman barumu.
Kau ingat tidak, saat aku mengatakan lebih merelakan cowok-yang-namanya-harus-disensor dekat denganmu. Aku bersedia dan lebih menerima dia denganmu dari pada dengan cewek-yang-namanya-harus-disensor-juga. Ingat? Kuberikan clue, saat kita diajak berlibur ke villa guru biologi. Aku yakin, kamu tersenyum bahkan mungkin terbahak membaca ini.
Kamu ingat saat kelas 9, entah disengaja atau kebetulan atau memang takdir, kita sama-sama "bermasalah" dengan guru yang sama? Dan, kita pun kesal--sampai saat ini pada orang yang sama?
Kita memang memiliki banyak kesamaan, dan tak bisa dimungkiri, kita pun kesal pada orang-orang yang sama.
Aku kebingungan jika harus menuliskan sesuatu tentangmu. Kamu tak bisa kujabarkan. Mengapa aku mengagumimu. Mengapa aku bersahabat denganmu. Mengapa aku merasa kamu berbeda.
Tak terasa sebelas tahun berlalu dari saat kita pertama bertemu. Sekarang, tak ada lagi geng reremaja. Yang ada hanya aku dan kamu. Kita. Bersahabat. Kamu adalah salah satu hal yang kusyukuri dalam hidup; hal yang sulit kulakukan beberapa tahun ini, katamu.
Oh ya! Aku tahu mengapa kamu berbeda. Kamu bisa mengubah pola pikirku perihal "orang baru". Aku yang awalnya berpikir semua orang sama; palsu. Aku yang awalnya menganggap tak ada orang yang tulus. Aku yang awalnya beranggapan tak ada yang namanya persahabatan.
Aku mau bilang, jangan kebanyakan begadang. Kurangilah kebiasaanmu itu. Dan, hobi barumu bermain COC. Huh! Aku kesal sekali. Karna game itu kamu terjaga sepanjang malam. Lihat lingkaran hitam di matamu! Tak bisakah kamu bermain boneka Barbie saja?
Mega, I miss you.
No comments:
Post a Comment