Aku rindu.
Maafkan jika kubuka surat ini tidak dengan menanya kabar. Bukan maksudku tak sopan, hanya saja selalu sulit mengawali percakapan denganmu. Bukan karena kau yang dingin, namun akulah yang terlalu kikuk bila berhadapan denganmu.
Baiklah. Jadi, apa kabar?
Pertanyaan basa-basi bagi kebanyakan orang. Tapi, aku sungguh ingin tahu benar kabarmu. Tak hanya kabar, namun keadaan pun keberadaanmu saat ini. Masihkah kau di kota itu?
Bila kau menanya perihal yang sama, akan kujawab; aku rindu. Aku ingin tahu keadaanmu. Sangat.
Telah bertahun aku tak tahu kabarmu. Meski aku berusaha mencari tahu; dari teman-teman dan akun media sosial yang kau punya; dengan diam-diam tentunya. Maafkan, aku masih terlalu pengecut untuk terang-terangan. Hasilnya, tak satu pun kabar kudapatkan.
Aku sama sekali tak berniat mencampuri atau mengganggu kehidupanmu. Aku hanya ingin tahu saja.
Entah harus kukirim ke mana surat ini. Alamatmu pun aku tak punya. Saat itu, yang kutahu hanya nama dan kelasmu. Bahkan nomor teleponmu aku tak tahu. Pertemuan kita begitu singkat. Namun, pertemuan singkat itu cukup membuatku jatuh hati padamu; mungkin sampai saat ini.
Sekali waktu, pernah kutitipkan rindu yang kumasukan ke dalam botol kaca pada samudra. Mengharap ia bisa mengantarkan rindu ini padamu bila ia melihatmu. Kau tahu, ia bersedia membantu dengan senang hati. Ia meminta gambarmu, katanya agar ia bisa mengenalimu. Sial, aku tak punya satu pun gambarmu.
Kukatakan padanya aku memiliki gambarmu, dalam pikiran dan hatiku. Lalu kutawarkan hatiku untuk dimasukan pula dalam botol kaca itu, namun ia menolak. Katanya, hatiku terlalu besar, botol kaca itu tak mungkin menampungnya. Bisa-bisa botol itu tenggelam ke dasar samudra saking beratnya.
Kemudian kutawarkan kembali, bagaimana jika pikiranku yang dibawanya. Ia tertawa. Katanya jika pikiranku dibawanya, bagaimana aku mengingatmu kalau-kalau ia berhasil menemukan dan menyampaikan rinduku padamu dan kau membalasnya. Benar juga.
Karenamu, sampai saat ini aku jadi pecandu rindu.
Di mana pun kau berada sekarang, semoga kau bahagia.
Perempuan berkacamata yang kau panggil "Fans Nomor Wahid Teh Kotak"
No comments:
Post a Comment