September 15, 2015

Tentang Naya

Namanya Naya. Mengkhayal ialah pekerjaannya. Setiap detik, menit, jam, hari, bulan. Hingga sampai sekarang telah memasuki tahun ke sembilan.

Khayalannya sederhana. Hanya tentang kehidupan di masa lalunya. Tentang keluarganya. Tentang teman-temannya. Tentang betapa lurus perjalanan hidupnya kala itu. Tak ada masalah pelik yang dihadapinya. Bahkan tak pernah ada. Hidupnya bagai sehelai daun oak yang jatuh di aliran sungai saat musim gugur tiba. Mengikuti arus air yang tenang. Tiada hambatan. Tanpa perlawanan.

Hidupnya bahagia. Dulu, di kampungnya, siapa yang tak kenal Naya. Gadis muda belia yang cerdas. Keluarganya harmonis. Bukan orang kaya, namun apa yang ia butuhkan didapatkannya. Belum lagi teman-temannya. Indah, Ani, Rizky, Yanti. Mereka berikrar sebagai sahabat sejati. Juga Bayu kekasihnya.

Namun, semua berubah sembilan tahun lalu; sama seperti usia pekerjaannya sekarang; berkhayal. Ketika ibunya kedapatan sedang tumpang tindih dengan Pak Lurah di gubuk pinggir sawah Aki Lulung. Warga murka, mereka diarak telanjang keliling kampung. 

Keluarganya yang harmonis seketika berantakan. Kacau balau. Ibunya jadi gila, tak sanggup menanggung malu. Kejadian itu membuat Bapak dipecat sebagai mandor pabrik tebu.

Orang kampung tiada henti bergunjing. Sebagian memaki, terlebih ibu-ibu. Berbagai sumpah serapah mereka beri. Tak terkecuali sahabat-sahabatnya.

"Malu lah berteman sama orang yang ibunya jadi gila karena main gila", kata Yanti.

"Jangan-jangan nanti pacar-pacar kita direbut sama dia. Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya", Ani menimpali.

Mereka terbahak.

Pun Bayu yang kini berpaling pada Indah, sahabatnya.

Bapak kemudian pergi ke Malaysia. Mengadu nasib menjadi tukang cuci piring di restoran milik kenalan lamanya. Menurut Naya itu hanya alasan. Bapak pun tak sanggup menanggung aib yang dibuat Ibu.

Jaga dirimu baik-baik, Nak, kata Bapaknya sebelum pergi.

"Hari ini cukup, deh. Kemalaman gue pulang, bini curiga nanti. Uangnya gue taro di meja. Thanks sayang"

Maafin Naya, Pak. Tak bisa jaga diri, Naya terisak di sela tangisnya yang tak bersuara.

***
Sepeninggal Bapaknya ke Malaysia, Danu, kakak lelaki pun saudara satu-satunya yang ia punya menjualnya ke Mak Inah, mucikari yang sering mencari perempuan-perempuan muda untuk dipekerjakan menjadi pekerja seks di Jakarta.

No comments: