September 13, 2015

Penipu yang Insyaf

Namaku Dan. Perkara jenis kelamin, terserah kamu mau menganggapku seorang laki-laki, atau seorang perempuan. Toh, itu takkan memengaruhi keasyikan kita bercerita bila memang cocok; nyambung saat bertukar pikiran.

Sebagai seorang manusia, saya termasuk dalam golongan kurang ajar? Brengsek? Bejat? Entahlah yang mana. Sebentar, apa ada penggolongan manusia berdasarkan apa yang telah atau sedang diperbuatnya?

Kamu pasti bingung mengapa saya memasukkan diri sendiri dalam golongan manusia yang seolah takkan mungkin diampuni Sang Pencipta. Lucu sekali jika mengingat hal tadi. Manusia-manusia lain; di sekitar saya, menghakimi saya, menggelarkan saya sebagai Si Bedebah, Si Brengsek, Si Biadab, Manusia Kotor, dan kata mereka dosa saya terlalu banyak, hingga mustahil jika Sang Khalik dapat mengampuni. Banyak manusia yang mentahbiskan dirinya sendiri sebagai Tuhan.

Kembali ke pertanyaan saya tadi, perihal kebingungan kamu. Saya akui, saya memanglah sebenar-benarnya pendosa. Saya pembohong besar. Saya penipu ulung. Saya si raja tega. Entah telah berapa banyak orang yang saya tipu daya. Apa keberhasilan ini ialah karena kecerdikan saya, atau selama ini saya bertemu dengan orang-orang bodoh hingga begitu mudahnya mereka saya tipu. Saya pun bingung menjawabnya.

Ketika itu saya masih kelas 5 Sekolah Dasar. Lalu saya mencuri uang Nenek, padahal saya tahu, uang itu akan dipakainya membayar sekolah saya. Saat ditanya Nenek, saya berhasil mengelak, dan Nenek percaya. Itulah awal mula saya menjadi penipu hingga saat ini. Beranjak remaja, saya mulai menipu teman-teman. Yang laki-laki maupun perempuan. Demi bergaya seperti kaum borjuis saya menipu mereka. Pinjam uang, tak dikembalikan. Pinjam barang, lalu digadaikan. Saat mereka menagih, lidah saya seperti telah terlatih untuk mengelak, memberi alasan ini dan itu, dan bodohnya mereka percaya. Saya memang cerdik.

Ada saat di mana hari keberuntungan saya tak datang. Hari itu ialah hari di mana orang yang berhasil saya perdaya, sebut saja berhasil saya perdaya sementara mulai curiga. Uang dan barang yang saya pinjam mulai ditagih. Saya dilabrak, dimaki, dipukuli kemudian dilaporkan polisi. Namun, hari keberuntungan saya datang lagi hingga akhirnya saya berhasil melarikan diri.

Saya pernah menipu anak kecil, orang tua, suami orang, istri orang, kekasih orang. Bahkan, pengusaha dan artis-artis yang sering muncul di televisi pernah juga saya kelabui. Sungguh, banyak sekali orang bodoh di dunia ini.

Saya ialah Si Penipu yang mujur, hingga pada suatu ketika, hari kemujuran saya berakhir. Hari keberuntungan saya tak datang. Ia seolah lelah terus-terusan membantu penjahat seperti saya.

Ialah dia, seseorang di dalam cermin,

"Belum puas kau menjadi penjahat? Belum puas kau meracuni anakmu dengan uang haram itu? Apa kau menunggu dia mati baru kau berhenti?"

Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat salàh satu kota di Jawa Tengah.

No comments: