November 1, 2015

Drama

Pernah merasakan komunikasi dengan orang yang kamu sayang dibatasi bahkan dilarang? Saya rasa, para penggiat cinta-jalan-belakang (?) tahu benar rasanya. Entah karena hubungan yang tidak mendapat restu dari orang tua, teman, lingkungan. Atau karena hubungan tersebut bukan hubungan yang "lurus".

Saya baru atau sebut saja sedang mengalami. Bukan, bukan dengan kekasih, namun dengan sahabat. Karena satu dan lain hal; yang tidak bisa saya tulis di sini, komunikasi saya dan sahabat dibatasi. Bahkan dilarang. Padahal ialah orang yang paling saya percaya untuk melepas segala isi kepala. Dia tidak pernah mengeluh bosan bila saya curhat masalah yang sebenarnya itu-itu saja. Pun saat saya meneleponnya hanya untuk mendengarkan saya menangis.

Beberapa hari yang lalu, akhirnya kami berkomunikasi lagi. Kami curhat dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote. Kutub Utara ke Kutub Selatan. Ternyata, telah banyak hal yang terjadi selama komunikasi putus.

Banyak sekali drama yang terjadi, terlebih di hidupnya (maaf jika saya sebut drama, karena sungguh, kisahmu benar-benar layaknya drama. Peace out!) Namun, saya tahu sahabat saya kuat. Dia bisa menghadapi segala masalah hingga akhir yang happy ending dia dapatkan.

Saya tidak bisa membayangkan jika saya di posisinya saat itu. Sudah tentu, saya akan kalah. Menjauh, bersembunyi, dan menyerah. Membiarkan hati saya mencari rumah baru. Rumah yang mungkin saja lebih besar dan mewah, namun sama sekali tak nyaman. Walau, benar, sebelum dia mendapatkan rumah lamanya kembali, banyak sekali masalah yang terjadi.

Satu hal yang saya peroleh dari 'drama' ini: rumah yang besar dengan kolam renang, punya televisi besar, bahkan salon dan lapangan golf pribadi tidak menjamin kamu akan bahagia bila tinggal di dalamnya. Karena saya ialah tipe yang akan memilih rumah besar dengan segala fasilitasnya tersebut ketimbang kebahagian sendiri, maka saya kagum pada perempuan satu ini.

Saya berdoa agar tidak ada lagi badai-badai yang menghantam rumahnya, tidak ada lagi tamu-tamu tak tahu diri yang main masuk tanpa permisi. Saya ingin dia bahagia.

"Di drama-drama televisi, protagonis selalu dapat cerita yang happy ending. Antagonis? Biasa dia berakhir, kalo nggak kabur, mati, ya, jadi pembantu si protagonis"

"Kasian si Josh. Tenang Josh, laki-laki baik akan dapat perempuan baik juga, kok" x)

No comments: