January 23, 2016

Sepenggal Kabar

Mencari selama kurang lebih 5 tahun bukan waktu yang singkat, benarkan? Bertanya pada teman-teman, stalking semua akun media sosialmu yang nampaknya tidak kau gunakan lagi, hingga mengetikkan namamu di mesin pencari Google. Setelah aku hampir putus asa, akhirnya, kudapat sepenggal kabarmu dari seorang teman.

Tuan, aku gembira mendengar kau baik-baik saja.

Yang tidak kusangka, saat melihat gambarmu, dentuman tak beraturan itu muncul kembali di dadaku. Senyum pun kerutan di kedua ujung matamu masih sama seperti dulu. Senyum yang sama, yang membuat hatiku berdesir melihatnya.

Sampai saat ini, aku masih tak tahu apa alasanmu menghindariku. Sama sekali tak punya petunjuk. Sungguh, begitu penasarannya aku, Tuan.

Otakku memutar kembali potongan-potongan kisah lama. Mulai kali pertama kita jumpa, saling melempar canda, hingga perpisahan kita yang menyakitkan. Apa, sih, yang saat itu temanmu bisikkan di telingamu?

Apa dia mengatakan aku jatuh hati padamu? Demi Tuhan, tak pernah sekali pun kukatakan hal itu pada siapa-siapa. Bagaimana dia tahu? Apa sikapku terlalu menunjukkan bahwa hatiku telah tercuri olehmu? Ataukah ada hal yang kulakukan membuatmu marah?

Jadi, Tuan, apa alasanmu menjauhiku dulu?

Kau tahu, sudah cukup sulit aku berusaha meyimpan rasa yang kupunya, berusaha bersikap normal sementara ada ribuan kupu-kupu beterbangan ke sana ke mari memenuhi perutku, rongga dadaku dan rasanya akan keluar dari mulutku saat melihatmu. Lalu kau menjauhiku; mematikan semua kupu-kupu yang kupunya. Membusuk kemudian jadi debu. Kau pasti tak tahu, orang sepertimu takkan pernah tahu!

Aku tidak marah padamu, Tuan. Sungguh tidak! Aku hanya kesal, mungkin kecewa. Bila benar kau tahu perasaanku dan tak bisa membalasnya, tak bisakah kita tetap berteman seperti biasa dan bukan diem-dieman seperti tak saling kenal hingga lulus?

Dan sialnya, hingga saat ini, perasaanku masih sama, Vic.

Teruntuk Tuan VTT.

No comments: