Sesungguhnya, apalah arti surat ini. Tanpa surat ini pun, kau tahu apa yang kurasakan. Apa yang ingin kusampaikan. Aku tak bisa menyimpan rahasia apa pun darimu.
Semestinya sebuah surat diawali dengan menanyakan kabar si penerima, namun, tempat tinggalmu saat ini ialah tempat paling indah. Semua orang, tak terkecuali aku, berebut untuk ke sana. Jadi kurasa, tak perlulah kutanyakan kabarmu, karena aku yakin kau baik-baik saja. Kau berbahagia. Terang saja, mana mungkin ada yang bersusah hati bila ia tinggal di surga. Benar kan?
Sepertinya aku juga tak perlu repot-repot mengatakan keadaanku, karena kau pasti sudah tahu. Ehehe.
Kita memang tak pernah bertemu, tapi aku mengenalmu. Papa sering bercerita tentangmu sejak aku kecil. Papa juga sering mengajakku mengunjungi rumahmu. Ah, andai saja Tuhan tidak terburu-buru memanggilmu pulang, mungkin saat ini kita sedang duduk berdua di kamar, mendengar suara indah John Mayer sambil terkikik-kikik, menangis dan saling memeluk.
Namun, ada hal yang kusyukuri atas kepulanganmu yang terlalu buru-buru itu. Kau tak perlu mengalami apa yang kualami, tak perlu merasa apa yang kurasa. Walau mungkin, bila kau ada, kau pasti jauh lebih kuat dariku.
Aku kesepian. Ya, kau pasti tahu, aku ialah si selektif dalam segala hal. Bahkan untuk urusan teman.
Mataku mulai berembun, tapi tenang saja, aku takkan menangis. Kau juga jangan. Aku baik-baik saja.
Teruntuk Maria Eka,
Di Surga
Di Surga
No comments:
Post a Comment