February 8, 2014

Semoga Kamu Juga Memikirkannya



Bingung harus memulai dari mana. Ya, aku adalah orang yang tidak pandai menemukan topik yang enak untuk dijadikan bahan mengobrol. Kalau kamu menganggapku temanmu -sahabatmu-, atau paling tidak kamu merasa mengenalku, pasti kamu tahu benar salah satu sifatku ini. Mungkin ini juga sebabnya, dulu kamu sering memanggilku ‘kuper’, ingat tidak?

Bagaimana kabarmu? Sudah lama kita tidak mengobrol, kalau diingat-ingat sudah hampir 2 tahun ya? Semenjak kamu diterima menjadi salah satu anggota dari Korps yang seragamnya coklat susu itu. Sudah lama juga ya ternyata?

Jadi bagaimana? Tebakanku sih, kamu pasti sangat senang, lebih tepatnya bahagia karna salah satu cita-citamu sudah tercapai. Maaf kalau aku sok tahu. Hehehe. Kamu pasti sangat sibuk dengan tugas dan tanggung jawabmu sekarang. Aku saja yang berstatus masih mahasiswa, sangat sibuk dan lelah dengan segala tugas yang menumpuk. Apalagi kamu, tugasmu adalah tugas negara. Iya kan? Sekali lagi, maaf kalau aku sok tahu. Hehehe.

Banyak yang bilang kalau kamu itu, apa ya, jahat. Bukan. Kata jahat sepertinya terlalu berlebihan. Bagaimana kalau kuganti dengan kata ‘tega’ saja. Tapi sepertinya itu juga masih terlalu berlebihan. Mendeskripsikanmu dalam sebuah kata memang tidak mudah. Yang jelas, sampai saat aku mengetik ini, aku masih menganggapmu temanku.

Banyak yang menyuruh, maksudku menyarankanku untuk tidak berteman lagi denganmu. Dan jujur, aku juga sering menyuruh diriku sendiri untuk melakukan itu. Tapi, selain karna berat meninggalkanmu, aku juga tahu bagaimana rasanya ditinggalkan. Rasanya sakit sekali. Jadi, aku tak ingin memberimu rasa sakit yang pernah kurasa dulu.

Aku ingat betul saat kita bermain bersama. Melewati hari hanya untuk bersenang-senang. Sekedar nonton film di bioskop, makan dan menikmati beberapa cangkir kopi di kafe. Ingat tidak saat kamu dengan nekatnya menyetir mobil Bude padahal kamu belum punya SIM. Diawali dengan membohongi Mas Bayu bahwa yang akan menyetir mobil Bude itu aku, diakhiri dengan kamu; kita menabrak sebuah mobil putih. Saat itu aku sangat takut sekaligus bersyukur. Takut kalau-kalau masalah itu akan membawa kita ke pihak yang berwajib. Bersyukur bahwa kita tak apa-apa juga pengendara mobil yang kamu; kita tabrak dan masalah itu diselesaikan dengan jalan damai.

Lewat tulisan ini, aku hanya ingin bilang kalau aku sampai sekarang masih menganggapmu temanku. Dan aku juga sayang. Sayang sekali. Maaf kalau beberapa panggilanmu tidak kujawab. Aku sama sekali tidak bermaksud melupakan apalagi membencimu. Mungkin aku hanya butuh waktu untuk berpikir tentang pertemanan kita. Semoga kamu juga memikirkannya.


No comments: