Kepada kamu yang kumimpikan lagi semalam. Entah siapa
kamu, aku pun tak tahu. Yang kutahu kamu adalah lelakiku. Begitu kata mimpiku. Tak
terlihat jelas parasmu; hanya samar-samar. Yang kuingat, semalam kau
mengenakan kemeja putih yang lengannya dilipat sesiku. Gagah, itu kesan
pertamaku saat melihatmu malam itu. Kata mimpiku, kamu jodohku. Bukan, maksudku
kita berjodoh. Jauh lebih enak didengar bukan? Kalau kataku sih, iya.
Jadi apa kabar kamu? Iya, aku menanyakan kabarmu. Di
manapun kamu berada sekarang, semoga kamu selalu berada di jalan terbaikmu. Itu
sudah jelas, agar jika kelak kita bertemu nanti; tak hanya di dalam mimpi, aku
bisa melihat kamu dalam keadaan baik. Begitu juga aku, yang berharap dan
berusaha agar tetap berada di jalan terbaikku. Tentu saja, aku pun ingin saat
nanti bertemu denganmu, kamu melihatku dalam keadaan baik. Iya kan?
Apa yang sedang kau kerjakan sekarang, lelakiku? Kalau aku
sih, sedang menikmati hujan. Tidak, aku tidak sedang berdiri di bawah hujan,
bermain lumpur seperti para bocah di dekat rumahku lakukan. Karna saat kutanyai
mereka mengapa mereka rela berkotor-kotor ria, jawab mereka “kami sedang
menikmati hujan, Kak”, lucu ya mereka?
Maksudku menikmati hujan di sini, aku mendengarkan rintiknya
yang jatuh satu per satu di atas genting rumahku sembari duduk di kamar, menikmati
secangkir kopi hitam dan tentu saja, sambil mengingat kembali pertemuan kita yang
kesekian kali di mimpiku semalam yang lalu kutulis di komputer usangku ini. Agar
nanti saat kita bertemu, aku bisa menunjukan tulisanku ini padamu. Kita bisa
membacanya bersama, mungkin dengan menikmati secangkir kopi hitam juga, sama
seperti yang kulakukan saat ini.
Jujur saja, aku tak sabar bertemu denganmu lelakiku. Sungguh
tak sabar. Asal kamu tahu saja, aku selalu ingin malam cepat datang agar aku
bisa terlelap tidur dan bertemu denganmu, ya, walau hanya dalam mimpi. Aneh ya?
Kata orang sih begitu. Aku pernah menceritakanmu pada beberapa temanku, tapi
yang keluar dari bibir mereka adalah kata aneh diselingi dengan riuhnya tawa
mereka. Mulai saat itu, kuputuskan untuk tidak lagi bercerita apapun tentangmu
pada mereka. Biar saja keindahanmu kunikmati seorang diri. Untukmu, menjadi
egois tak apa bagiku.
Aku tak tahu siapa namamu, kalau diizinkan apa boleh aku
memanggilmu Adam? Manusia dan juga lelaki yang diciptakan pertama oleh Tuhan
bernama Adam, komedian favoritku bernama Adam Sandler dan vokalis dari band
favoritku bernama Adam Levine, jadi bolehkan kupanggil kamu Adam? Anggap saja
itu panggilan sayangku untukmu, karna panggilan ‘sayang’, ‘honey’, ‘babe’ sudah
terlalu banyak dan sering digunakan orang. Memanggilmu ‘ndut’, ‘mbem’, terlebih
‘ncit’, buatku menjijikan, jadi kuputuskan memanggilku Adam saja.
Sepertinya sudah saatnya kuakhiri tulisanku ini. Selamat
beraktivitas lelakiku, Adamku.
Wherever you are, no matter how far,
I promise that I won't give up on you
They say out of sight means out of mind
But they couldn't be further from the truth
Cause I'm in love with you...
I'm still in love with you...
I promise that I won't give up on you
They say out of sight means out of mind
But they couldn't be further from the truth
Cause I'm in love with you...
I'm still in love with you...
1 comment:
ini blog paling aneh yang pernah qt baca :D hah
Post a Comment