February 25, 2014

Untuk Kadeb



Hai vroh! Vas Happenin?! Duh, aku kok jadi deg-degan begini ya menulis surat untukmu? Bagaimana? Masih konsisten menulis selama 30 hari berturut-turut? Kalau jawabanmu iya, aku senang sekali mendengarnya. Jika kamu menanyakan pertanyaan yang sama, jawabanku tidak. Hehehe. Iya, aku kalah. Rasa malas dan menunda-nundaku mengalahkan niatku untuk terus menulis selama 30 hari.

Sampai sekarang aku masih ingat isi chat-mu tempo hari. Membacanya membuatku senyum-senyum sendiri. Iya, aku senyum sendiri karena ternyata ada yang menyukai apa yang kutulis di blog-ku. Lebih bahagia lagi bahwa ternyata kamu sampai terinspirasi. Menginspirasi seseorang sama sekali tak pernah kubayangkan, karena aku tahu, aku bukanlah seseorang yang baik. Kalimatmu membuatku jadi lebih semangat untuk menulis. Hehehe.

Jujur, sebenarnya aku kagum padamu. Kamu begitu rajin beribadah—sesuatu yang (jujur) jarang kulakukan. Hubunganmu dengan Tuhan sepertinya terjalin dengan sangat baik ya? Aku juga ingin sepertimu, tapi rasa-rasanya aku butuh waktu yang lebih lama untuk ‘pedekate’ dengan-Nya agar nantinya hubunganku dengan-Nya bisa sama, atau paling tidak mendekati layaknya hubunganmu dengan-Nya. Kekagumanku yang satu ini tak pernah kuungkapkan secara langsung, jujur, aku malu. Hehehe.

Kekagumanku padamu semakin bertambah Kadeb. Karena kamu bisa menyelesaikan membaca Kitab Suci dari ayat paling awal hingga paling akhir. Aku dari dulu tak pernah selesai, selalu saja terhenti di tengah-tengah. Sepertinya aku memang harus mulai belajar melawan rasa malas dan menunda-nundaku itu.

Oiya Kadeb, akhir-akhir ini kamu jarang muncul ya di grup curhatan kita. Kamu ke mana? Sedang sibuk ya dengan pekerjaanmu? Karena kamu jarang muncul, akhirnya aku yang mendengarkan cerita-cerita dari si adik kita yang katanya ganteng itu. Kamu tahu tidak, kemarin dia bilang kalau dia tak hanya ganteng, tapi dia manis juga. Dasar maruk!

Terima kasih ya Kadeb sudah mau menjadi temanku. Sudah mau berbagi, bertukar pikiran dan mendengarkan cerita juga keluh kesahku selama ini. Aku harap suatu saat nanti aku, kamu juga si adik yang ganteng itu bisa duduk bersama, bercerita sambil menyeruput kopi panas. Oiya, mari terus belajar untuk menulis dengan sebaik-baiknya ya.

Salam,
Kanggi.

PS:
Diam-diam ku-aminkan kalimatmu waktu itu, semoga Tuhan mendengarnya.


No comments: