September 5, 2014

Membisu

Kacamata minus dua dengan bingkai warna tembaga tergeletak begitu saja di atas meja. Diam dan tak berdaya. Dia memang hanya benda biasa. Tak bernyawa.

Kacamata minus dua yang mungkin serupa dengan diriku saat ini. Sama-sama hanya bisa diam. Tanpa daya. Hanya saja, bedanya aku bernyawa.

Ya, aku memang tak berdaya. Di depan dia. Di hadapannya. Aku hanya sepotong daging berbonus nyawa. Yang hanya bisa diam, tak bersuara, melihat dia menggenggam tangan wanitanya di hadapan seorang pendeta di altar gereja.

No comments: