February 6, 2015

(Terus Terang) Belajar Menulis

"Menulis itu belajar berterus terang. Jika kau sulit untuk mengatakannya maka tulislah!"

Aku adalah orang yang sulit mengungkapkan  sesuatu. Aku bukanlah seseorang yang ekspresif. Lidahku terlalu kelu untuk sekadar menyatakan rasa. Apapun itu. Terlebih urusan hati; cinta.

Sesungguhnya, ada ratusan bahkan jutaan kata yang ingin kusampaikan. Hanya saja, entah mengapa, mereka sulit sekali keluar. Seolah terkunci di sebuah gudang tua, yang bahkan kuncinya hilang entah di mana.

Bibirku terkunci rapat-rapat, bersekongkol dengan lidah agar tetap menutup erat. Akhirnya, aku hanya bisa diam. Penat.

Banyak cara kucoba untuk berubah. Aku juga ingin semesta tahu apa yang sedang kurasa. Sialnya, lidah dan bibirku tak bisa diajak kerja sama. Aku tak bisa apa-apa.

Sampai suatu hari, seseorang mengatakan sesuatu padaku.

"Apa yang tertulis, tidak mampu berbohong. Bahwa tulisan itu ialah isi hati penulis".

Bibir dan lidahku memang telah bersekongkol untuk tetap diam. Tapi, aku masih punya tangan yang membantuku mengutarakan rasa. Jangan lupakan hati. Ia sumber segala. Ah, bodohnya aku baru menyadarinya. Ke mana saja aku dulu?

Kini, aku tahu caranya berterus terang. Aku tahu caranya menyampaikan sesuatu. Aku tahu caranya mengutarakan apa yang kurasa. Melalui tulisan tentunya. Walau mungkin agak lama, setidaknya aku sedang berusaha. Berusaha berterus terang.

Dan, melalui surat ini, aku hanya ingin bilang, "Aku sayang kamu".

Perempuan yang belajar berterus terang.

No comments: