July 4, 2015

D I A

Kulihat Dia berdiri di sudut ruang, diam, matanya menerawang. Pikirannya mengambang, macam terjebak kasus hutang-piutang.

"Bukan! Aku sedang memikirkan masa depan!", teriaknya lantang.

"Baiklah, silakan teruskan", kataku.

Dari jauh kuamati Dia; perempuan berkulit sawo matang. Badan kurus; kulit membungkus tulang. Rambut sebahu hitam legam.

Seperti yang kukatakan tadi, matanya menerawang. Bahunya naik turun, jelas Dia sedang menarik nafas panjang; menghirup udara banyak-banyak berusaha mengisi rongga-rongga dadanya yang penuh lubang.

"Apa ini tentang cinta?", kembali kucoba bertanya.

Dia menatapku tajam. Diam.

"Apa yang kau pikirkan?", lagi-lagi kuajak Dia berbicara.

"Apa yang kau inginkan?"

Masih saja diam.

"Aku…", Dia diam lagi. Kata-katanya terputus, tak dilanjutkan.

"Apa?". Aku penasaran.

"Aku… Aku… Aku hanya tak ingin dianggap 'useless' oleh… … mu"

Aku terdiam. Tak bisa berkata-kata. Tak bertanya lagi.

*Dia berhasil menamparku

Percakapan antara aku dan Dia. Malam itu. Di depan cermin (di sudut kamar).

No comments: