Kulihat Dia berdiri di sudut ruang, diam, matanya menerawang. Pikirannya mengambang, macam terjebak kasus hutang-piutang.
"Bukan! Aku sedang memikirkan masa depan!", teriaknya lantang.
"Baiklah, silakan teruskan", kataku.
Dari jauh kuamati Dia; perempuan berkulit sawo matang. Badan kurus; kulit membungkus tulang. Rambut sebahu hitam legam.
Seperti yang kukatakan tadi, matanya menerawang. Bahunya naik turun, jelas Dia sedang menarik nafas panjang; menghirup udara banyak-banyak berusaha mengisi rongga-rongga dadanya yang penuh lubang.
"Apa ini tentang cinta?", kembali kucoba bertanya.
Dia menatapku tajam. Diam.
"Apa yang kau pikirkan?", lagi-lagi kuajak Dia berbicara.
"Apa yang kau inginkan?"
Masih saja diam.
…
…
…
"Aku…", Dia diam lagi. Kata-katanya terputus, tak dilanjutkan.
"Apa?". Aku penasaran.
"Aku… Aku… Aku hanya tak ingin dianggap 'useless' oleh… … mu"
Aku terdiam. Tak bisa berkata-kata. Tak bertanya lagi.
*Dia berhasil menamparku
Percakapan antara aku dan Dia. Malam itu. Di depan cermin (di sudut kamar).
No comments:
Post a Comment