February 12, 2017

Anomali Rasa

Siang ini air langit sedang tumpah dan tetesannya punya kesan berbeda bagi tiap makhluk di bawahnya. Tetesan langit siang ini, buatku sedikit kikuk perihal apa yang ada di dada. Entahlah, kikuk ini munculnya dari mana. Bila boleh menerka, mungkin ia diantar ribuan kupu-kupu warna-warni yang kini terbang ke sana ke sini, berputar-putar dalam perutku.

Aku menyumpal telinga dengan earphones. Bukan tanpa sengaja, hanya agar suaramu saja yang kudengar. Aku ingin memenuhi ceruk-ceruk dalam tubuhku dengan merdumu. Kikuk makin menegang, namun setelahnya timbul sebuah senang.

Senyum kemudian mengembang. Tidak lagi malu-malu ia. Kamu jatuh cinta, katanya. Mana mungkin, balasku. Kami pun diam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Mungkin juga sama-sama sedang menikmati kau yang sedang berlagu di ujung sana.

Nada demi nada kau lantunkan. Tidak ada yang tidak indah. Tidak ada yang tidak merdu. Tidak ada yang tidak buatku syahdu.

Senyum mengembang lagi—kali ini makin lebar. Juga pipi merona merah seolah tak mau kalah. Tiba-tiba muncul suara. Boneka jerapah yang kupeluk berkata persis seperti yang senyum katakan padaku tadi,

Kamu jatuh cinta, katanya. 

2 comments:

Unknown said...

Puitis sekali, bagus buat bacaan lok lagi jatuh cinta

Popunder Terbaik Alternatif Google Adsense said...

Pinter bikin puisi ya gan?
kayaknya berbakat banget
hehehehe
atau itu curahan hati?
he he