Romeo Gadungan

Romeogadungan.

Dari namanya saja sudah sukses bikin tertawa-tawa. Seorang laki-laki yang ingin dan/atau menganggap dirinya adalah Romeo—namun sayangnya bukan—maka jadilah seorang Romeogadungan. (Ini teori sotoy saya saja)

Kemudian datang sebuah tanya; Apakah Romeo ini mirip dengan Romeo kekasih Juliet—Romeo sesungguhnya? Nekat, romantis dan kalau ngomong lamanya minta ampun karena ngomongnya dengan berpuisi? Kalau beneran, ya, ampun, repot, ya?

Dari sebuah tidak sengaja, saya "menemukanmu". Bermodalkan rasa ingin tahu yang besar tentang orang Indonesia yang sedang atau pernah belajar di negeri orang dan bantuan Kak Google (saya pakai "Kak", karena bisa digunakan untuk memanggil laki-laki dan perempuan. Saya tidak tahu jenis kelamin Google), diantarlah saya ke blog pribadimu.

Yang awalnya hanya membaca tulisan-tulisan tentang pengalaman kuliah dan tinggal di Aberdeen, kemudian berlanjut ke tulisan-tulisan yang lain. Di sana saya bertemu sekumpulan kisah konyol yang sukses buat saya terbahak-bahak. Saya bertemu dengan serombongan kisah-kisah manis yang berhasil bikin saya senyum-senyum sendiri. Saya bertemu dengan segerombolan kisah-kisah sedih yang dengan brengseknya buat saya mbrebes mili. Juga dengan sekelompok kisah kurang ajar (atau pelajaran atau teguran atau pengingat) yang menampar saya berkali-kali.

Efek dari sebuah tulisan sedahsyat itu, ya, rupanya.

Sudah saatnya saya menanggalkan "status" sebagai seorang silent reader. Saya adalah penikmat-diam-diam tulisan-tulisanmu; blog, buku dan linimasa Twitter-mu. Dan saya mengagumimu. Jangan anggap kata-kata tadi sebuah rayuan, gombalan apalagi modus. Bukan. Sungguh bukan. Ini tulus bentuk rasa kagum.

O, ya, Bang, tetap semangat, ya. Yang—sementara—belum bisa bergerak hanya anggota tubuhmu, bukan isi kepalamu. Lekas pulih kembali. Saya akan tetap jadi penikmat juara satu semua tulisan-tulisanmu; blog, linimasa Twitter juga buku.

Salam kenal,
Anggi.

Ps: Dengan surat ini, (semoga) saya bukan lagi seorang silent reader.