Datang bulan kali ini paling menyenangkan sekaligus menyebalkan. Menyenangkan karena less drama tidur gaya nungging karena pinggang sakit ampun-ampunan tapi juga menyebalkan karena jadi lebih sensitif dan cengeng.
Di setiap drama selalu ada si protagonis yang tersiksa dan antagonis yang menyiksa. Dalam drama saya sudah tentu ada. Protagonis di sini adalah saya dan si antagonis adalah pacar—ini menurut (hati) saya. Namun, ketika sedang "waras", saya berpikir lagi jangan-jangan justru sebaliknya. Saya lah si antagonis dan pacar si protagonis.
Tidak terhitung berapa kali saya merajuk tanpa alasan—pun bila ada alasan, alasannya sungguh tidak masuk akal. Berapa kali saya menangis tersedu-sedu sampai susah bicara dan dia hanya diam di ujung sana. Berapa kali saya berpikir bahwa dia melakukan hal-hal aneh di belakang saya. Padahal itu semua hanya asumsi sendiri yang tidak tahu kebenarannya.
Bulan-bulan sebelumnya drama ngapa-ngapain nga ena karena sakit pinggang, bulan ini ngapa-ngapain nga ena karena mikir ke mana-mana. Kalau boleh pilih, lebih baik drama sakit pinggang dibanding drama insecure nggak jelas begini. Setidaknya drama sakit pinggang bisa saya hilangkan dengan minum obat pereda nyeri atau sesederhana minum secangkir teh hangat sambil nonton drama kesukaan.
Lewat tulisan ini, saya ingin minta maaf pada orang-orang yang hampir dua minggu ini saya "ganggu" ketentraman hidupnya dengan sikap saya yang menyebalkan, teristimewa sudah tentu untuk pacar.
I'm sorry for being such an asshole, Yang.
Saya tau, PMS, datang bulan, tidak boleh dijadikan alat pembenaran atas sikap menyebalkan yang saya lakukan. Meski memang benar ketika masa itu datang, hormon pada perempuan menjadi tidak stabil pada akhirnya memengaruhi emosi si perempuan namun bukan berarti bisa bebas dan sak penake dewe marah-marah, ngambek, bikin hidup orang susah pakai alasan: ngerti, dong, aku, kan, lagi PMS!
Setidaknya ini pesan untuk diri saya sendiri.
No comments:
Post a Comment